Jumat, 06 Maret 2015

CERMIN CINTA part 1

Dari matanya nampak jelas jika dia ada masalah. Dibalik senyum bibirnya yang selalu ia buat manis tiap menemuiku tak mampu menyembunyikan kecemasan yang ada dalam hatinya. Dialah laki-laki yang berani berkata mencintaiku dan rela bersabar saat ku menduakannya dan dengan berani jalan dengan selingkuhanku itu di depan matanya 2 tahun lalu. Tapi itu dulu saat kami belum memutuskan untuk berpisah dan mengubah cinta kekasih menjadi kasih sayang persaudaraan. Waktu 3 tahun menjadi temannya, 1 tahun menjadi kekasihnya dan 1 tahun belakangan ini menjadi adiknya bukanlah waktu yang singkat untukku mengetahui plus minus dirinya dan kehidupannya. Dari terkaan dan ramalanku yang katanya hanya candaan kosong membuatku pada kesimpulan yang tak membuatku heran. Yah ku teringat pada kata-katanya 2 bulan lalu. Dia bilang jika ada masalah dan ku bertanya akan masalahnya.

CERMIN CINTA part 2

Dia berkata kalau dia ingin punya pacar, uang, pekerjaan mapan, dan menikah pada akhirnya lalu waktu itu ku hanya mengaminkan doanya meski sebulan sebelum itu aku mendoakan agar pernikahannya batal karna saat ultahku akan tiba, dia bergurau akan melepaskan masa lajangnya awal tahun depan. Dan biing, doaku terkabul. Dia batal menikah. Waktu itu aku punya alasan sendiri mendoakan buruk untuknya, yah. karena aku gak siap sendiri ditambah lagi waktu itu ku mendapat firasat kalau orang yang ku cintai yang berada di kota lain juga akan meninggalkanku awal tahun depan. Dan benar saja firasat buruk itu terjadi. Kekasihku meninggalkanku karena sebab mantan kekasihku menterornya. dia bilang kalau ia terus bersamaku akan menjadi resiko untuknya. haa? pecundang. tapi sikap mantanku waktu itu ada benarnya juga karna andai ia tak melakukan itu, aku tak tahu kalau ternyata orang yang ku cintai tak mencintaiku setulus aku mencintainya. Tapi plusnya adalah kakak-ku tidak jadi menikah hingga ada yang menghiburku saat aku rapuh

CERMIN CINTA part 3

kala ku ingat kejadian 3 bulan lalu itu. aku pun menyesal. karena keegoisanku untuk kebahagianku sendiri, aku telah menghancurkan kebahagiaan orang lain dengan mendoakan agar pernikahannya gagal. oh no? seburuk itukah dosaku? yah, andai waktu itu ia menikah, hari ini aku tak akan melihat kecemasan dimatanya itu. yah dia butuh pendamping dan bukan hanya sebagai adik sepertiku yang hanya bisa menerka kesedihannya. dia butuh teman cerita yang lebih dalam. ku sadar betul akan kebutuhannya itu apalagi diumurnya yang ku taksir lebih dari 35 tahun sudah cukup membuatnya dewasa untuk ber-istri tapi kendalanya adalah dia belum menemukan perempuan itu. Ku tau dia masih menyimpan cinta untukku tapi sepertinya dia sudah takut untuk bicara karena melihat sikap tegas ayahku tidak menerimanya tiap ia datang bertamu ke rumahku dan kupun sadar akan resiko menentang ayah.